Rabu, 11 Juni 2014

lagu anak-anak sederhana


BERSAMA
                                              cipt. siska widayanti
Do = C

|           1          3          2 3       4 3       |           2          1          2          .           |
            Da       lam      suka     atau                 pun      du        ka       
|           3          2          3 3       5          |           4 2       .           .           5 4       |
            I           bu        slalu     ber                   sama                            bersa
|           3          3          4          3          |           2 3       23        4          .           |
            Ma       ki         ta         ha                    dapi     duni     a
|           4          3          2 1       2          |           3          2          1          .           |
            In         dah      ceri      a                      gem     bi         ra        

Sabtu, 07 Juni 2014

cerpen kasih tak sampai


Kasih tak sampai
OLEH SISKA WIDAYANTI

Semua berawal dari kekagumanku terhadapnya. Sesosok pria hitam manis yang berkharisma, sungguh sangat menarik perhatian jutaan pasang mata. Mulanya aku hanya mengagumi untdiriku saja, tapi aku terlalu ekspresif dalam hal perasaan hingga tak kuasa menyembunyikan rasa kagumku yang sebenarnya mendekati perasaan suka untuknya. Pandangan pertama rasanya biasa saja tak ada yang dapat dikagumi dari sosoknya yang sangat biasa-biasa saja. Tapi sejarah berkata lain, setelah masa orientasi mahasiswa baru usai aku mulai terpesona dengan sosoknya yang ternyata ia adalah seorang mahasiswa berprestasi, sampai disitu aku masih menyimpan rasa kagumku seorang diri. Sampai tiba saatnya masa kaderisasi datang, aku semakin tersihir oleh pesonanya yang jutek, jaim, dan sepertinya sangat tertutup untuk umum, terutama untuk seorang mahasiswi sepertiku yang jauh dari kata sempurna. Meski senior-senior itu berteriak, membentak, menyiksa dan menggedar sikaf kristis mahasiswa dengan sadisnya, namun aku tak merasakan kesadisan itu, sebaliknya aku  merasa amat sangat bahagia dan selalu merindukan masa-masa itu, semua itu karena perasaan yang begitu bergetar dihatiku terhadapnya.
Usai masa kaderisasi itu aku tak dapat memendamnya seorang diri lagi, aku menceritakan rasa kagumku terhadap sosoknya itu kepada Ave sahabatku. Dan oh tuhan ternyata responnya sama, Ave mengagumi orang yang sama dengan ku, ohh rupanya bukan aku saja yang tersihir oleh senyum manisnya, tak apalah aku tetap senang.
 Hari demi hari aku selalu terbanyang oleh senyum dan kacamata unik seniorku itu, aku mempunyai suatu panggilan sayang untuknya, ialah Mr.Conan penyejuk hati di kegersangan jiwa. Dikampus jarang sekali aku melihatnya karena ia sudah tingkat akhir, dan itu artinya semakin tipis peluangku untuk bertemu dengan idola ku. Oh ya, saking gak bisa menyembunyikan kekagumanku, aku sampai menulis surat kaleng berisi salam sapaan untuknya, gokilkan.
Suatu ketika saat aku selesai mengirimkan tugas ujian tengah semester, dengan sengaja aku kepoin si Mr.Conan, “duggghhhh” ya Tuhan sakiiiit sakiit sekali rasanya saat ku melihat dia mengirimkan wall ke akun facebook sahabat dekatku, ucap ku dalam hati. Tak kuasa rasanya akan luka yang ku rasakan perlahan tetesan air mata pun tak dapat terbendung lagi, ya aku menangisi orang yang jelas-jelas tak mengenaliku. Ketiga temanku Ave, Rene, dan Deya menghibur aku dengan candaan mereka, jahatnya mereka sampai sempat-sempatnya mengabadikan moment tangisanku itu, sungguh kejamnya sobat-sobatku ini bahagia diatas penderitaanku,,, hhueeekkkkk..
 
Itulah foto iseng yang diambil oleh mereka. Namun plong rasanya hati ini ketika tangis ku berakhir, tak apalah aku ikhlas jika itu untuk sahabatku, Narina. Aku belajar melupakannya, namun sungguh kuasa ada ditangan Tuhan sehingga sebesar dan sekuat apapun hati ini mencoba melupakannya, namun hati tetap tak bisa membohongi diri, maka aku pasrahkan hatiku kepada Illahi sang maha pembolak-balik hati.
Waktu pun semakin berlalu dan berlalu dengan tak terasa, hingga akhirnya Narina pun tahu kalau aku mengagumi Dia. Dan ia sempat mengejekku, tapi ternyata dia juga sempat mengagumi sang senior itu meski katanya sekarang sudah tidak lagi, Narina sempat berencana untuk menjodohkan ku dengan sang senior itu karena memang Narina telah mengenal dekat sang senior itu, tapi rasanya aku tak menginginkan hal itu terjadi, karena aku tahu ternyata dia sudah punya kekasih yang sangat cantik dan nyaris sempurna, ia seorang bintang di kampus kami dari fakultas sastra.
Aku gak berharap lebih, cukup dengan melihatnya saja sudah membuatku senang sekaligus membuat hati gelisah tak beraturan. Kehadirannya dihidupku membuatku semangat menjalani perkuliahan, bahkan aku sangat ingin setiap hari berangkat ke kampus hanya demi berharap dapat melihatnya walau hanya dari jarak jauh.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan pun berganti tahun, sedih rasanya aku akan kehilangan sosok pujaan hati dalam kehidupan nyataku, karena dalam hitungan bulan sang senior akan segera wisuda kelulusan dengan gelar dokter specialis penyakit dalam (dr. Sp, PD). Sebelum semua itu terjadi aku harus bergerak cepat, aku tak ingin menyesal seperti kisah sedihku di zaman SMU dulu.
Di setiap do’a yang ku panjatkan selalu ku sisipkan namanya, walaupun aku tak mengetahui siapa nama aslinya, namun aku yakin Tuhan tahu siapa yang aku maksud tanpa harus menyebutkan identitasnya. Hampir setengah tahun berlangsung setiap do’a yang ku panjatkan rasanya belum juga ada tanda-tanda keajaiban itu, bahkan tak ada perkenalan yang terjadi di dunia nyata, semua hanya terjadi dalam angan-angan serta khayalanku saja.
∞∞∞
Suatu hari saat ku lihat facebook tercantum bahwa hari itu ia berulang tahun, 12 Februari, ya Tuhan semoga ini jalan yang engkau tunjukan kepada hamba, aku harus berani mengucapkan happy birthday padanya via inbox, jangan via wall.
“assalamualaikum, selamat ulangtahun semoga kesempurnaan serta kesuksesan selalu menyertaimu, amin yra.”
Itulah pesan singkat yang aku tulis via inbox facebook semoga dia merespon, amin.
Hari pun berganti dan kembali aku membuka facebook dengan harapan terbesarku, ya ampunnn ya tuhan apa aku tak salah lihat, apa aku sedang tidak berkhayal, dan apakah aku sedang tidak bermimpi, aku gak tahu harus mengekspresikan kebahagiaan ini dengan cara seperti apa yang jelas thanks god engkau telah memberikan kebahagiaan itu padaku, inbox ku 4 hari yang lalu dibalasnya.
“waalaikumusallam, iya terimakasih de, amin.”
Itulah balasannya singkat padat dan nyaris membuatku pingsan kegirangan karena teramat sangat membahagiakanku. Hari pun terus berganti dan aku semakin intens chatting dengannya. Hingga suatu hari tak sengaja kita bertabrakan di lantai dua gedung utama kampus, astaga rasanya panas dingin menggelepar dan mati gaya. Aku mencoba serileks mungkin menatapnya. Dan heyyy ternyata dia mengenaliku, sungguh diluar dugaanku, aku kira dia takkan pernah mau tahu tentang sosok teman penanya di dunia maya ini. Dan kami pun berbicang hanya sekedar berkenalan secara nyata .
“burung-burung pun bernyanyi mendengar simpony melihatku dengan dirinya”
Sebait lagu milik Once mewakili peasaanku saat itu. Dan aku tak pernah bisa berhenti mengingat keajaiban tadi. Tuhan terimakasih telah memberiku kesempatan bertemu dengannya. Dua hari setelah kejadian tabrakan yang tak disengaja tapi membahagiakan itu, tepatnya hari Rabu pukul 12.59 WIB ia mengajakku janjian bertemu, tentunya aku menyanggupi pertemuan itu dengan tempat di tangga lantai 2 gedung utama kampus, karena hari Rabu aku ada perkuliahan sampai sore jadi ia pun menyetujui tempat kita bertemu nanti.
Itulah pertemuan pertama ku dengannya, tapi aku lebih suka menyebutnya dengan kencan perdana ku dengan sang senior pujaanku. Tidak lama memang hanya 10 menit mungkin, tapi itu merupakan 10 menit paling istimewa diperjalanan hidupku. Teman-teman banyak yang menggodaku setelah pertemuan itu dan aku hanya menanggapinya dengan senyuman merona diwajahku. Narina tak pernah tahu tentang kedekatanku dengan sang senior karena aku pun tak menginginkan dia tahu hal ini.
“aku mau mendampingi dirimu, aku mau cintai kekuranganmu”, handphone ku berbunyi, pertanda ada pesan masuk. “Mr.conan” tertera di layar handphone kesayanganku.
“hari sabtu besok ada acara gak? Kita jalan yuu???”
“gak ada kak,, mmm boleh, kemana???”
“maunya kemana?”
“kemana yaaa,,, temen-temen ku bilang kawah putih indah, tapi  aku belum pernah menyaksikan keindahan itu secara nyata kak!!!”
“ohh,, kita kesana aja yu sekalian membuktikan keindahan itu”
“seriiussss kaaa J ?”
“yappp seriusssss”
“oke kita janjian di depan kampus ya”
“siipp”
Yeyeye lalala yeyeye lalala ahahay alhamdulillah kencan kedua akan segera berlangsung hihihi, aku bersyukur sekali tangan Tuhan itu sangat adillll. Terimakasih ya Allah tak henti-hentinya  aku berucap syukur kepadamu.
Satu jam 29 menit 12 detik aku telah menanti kedatangannya. Cuaca yang sangat panas membuat kulitku semakin terbakar, tapi karena ini adalah moment yang sangat aku impi-impikan maka aku harus sabar menantinya. 2 jam sudah berlalu dan  aku masih berada di tempat yang sama, duduk di salah satu koridor kampus. Matahari pun mulai meredupkan sinarnya dan awan mulai bergelayut di atas sana, siang yang tadinya cerah mulai gelap berawan dan akhirnya hujan pun turun bersamaan dengan air mata yang membasahi pipiku, ya Tuhan kenapa harus seperti ini, jauh-jauh hari aku membayangkan datangnya hari bahagia ini tapi kenapa harus berakhir seperti ini? aku pun menangis tanpa ada seorang pun yang tahu bahwa dibalik air hujan yang deras ini ada air mata yang tumpah dari kelopak mataku. Badanku mulai mengigil, aku kedinginan,  karena aku alergi dingin. Hujan pun mulai reda dan aku masih setia  menantinya, tiba-tiba penglihatanku tertuju pada dua sosok insan Tuhan yang melaju dengan kendaraan bermotornya dari arah utara, ya Tuhan seseorang yang sedang ku nanti kedatangannya ternyata dia sedang berduaan bersama sahabatku Narina, kecewa teramat sangat kecewa, untuk kedua kalinya aku merasakan sakit hati karenanya.  aku putuskan untuk ikhlas dan tak berprasangka buruk kepada sahabatku itu. Tanpa kusadari ternyata mereka telah berhenti dihadapanku. Dan Narina bertanya, kenapa aku ada disini dengan keadaan basah kuyup, ku jawab dengan senyum penuh luka bahwa  aku sedang menunggu Tuhan mengirimkan malaikat hati untuk bersedia menemaniku disini, dan ketika aku balik tanya dari manakah mereka, dengan senyum bahagianya Narina menjawab bahwa dia baru pulang dari kawah putih bersama sang senior yang aku tunggu kedatangannya sejak 3 jam yang lalu, tak ingatkah kamu sahabatku bahwa aku menyukainya, dan sekarang kamu bersamanya seolah-olah ingin menggoreskan serpihan kaca ke bagian terdalam hatiku. Ohhh ternyata,,, aku mengeluh dalam hati, ia pun berpamitan untuk masuk ke kampus dan yang pasti ia diantar oleh sang senior idamanku.
Satu jam dari kepergian mereka, aku masih termenung di tempat yang sama, bajuku belum kering dan hatiku belum pulih, maka ku putusakan untuk refleksi sejenak mengevaluasi kebodohanku yang mau-maunya menunggu sesuatu yang tak jelas, hingga akhirnya datanglah ia kehadapanku sang senior penakluk hati.
“vhay...”
“iiyaa apa kak” aku berusaha menyembunyikan kesedihanku dibalik senyumku ini.
“maaf ya aku kira kamu tidak datang lebih awal” ucapnya tanpa penyesalan sedikit pun.
“ aku belum lama ko kak disini. aku bahkan baru saja duduk saat kakak dan Narina datang” bulshittt aku berbohong yang padahal 4 jam lamanya aku menunggumu.
“lalu kenapa pakaianmu basah”
Uupssss apakah yang harus aku ucapkan Tuhan?
“itu karena tadi aku kesini nebeng sama teman menggunakan sepeda motor makanya aku basah kuyup” maafkan aku Tuhan harus berbohong seperti ini.
“lalu apakah kamu masih minat jalan denganku”
“tentu, itupun jika kakak tidak risih melihatku seperti ini.”
“oh no problem. C’mon astaga Tuhan ia mengulurkan tangannya untuk membangkitkanku, rasanya luka hati yang baru saja aku alami dapat langsung terhapus, begitu cepatnya hati ini pulih hanya dengan perlakuan wajarnya yang aku anggap tak wajar ini. thanks godd!!!
Sampailah aku di tempat tujuan awal kami, kami mengobrol tentang pribadi masing-masing penuh canda kesenangan, ternyata seniorku ini mengasyikan juga, tak seperti dugaanku yang menganggap kalau ia orang yang jutekk dan jaim. Tapi semakin lama arah pembicaraan kami rasanya berujung pada satu orang yaitu Narinaa sahabatku. Dan rasanya seperti terpanah ratusan bambu runcing menghunjam ulu hatiku, ingin rasanya aku menumpahkan airmata duka ini, tapi hati ini tak mengizinkan butiran air mata ini terjatuh, harusnya aku bahagia karena senior idamanku jatuh kepada orang yang tepat. Ya sang senior pujaanku ternyata mempunyai maksud lain mendekatiku, yaitu ia memintaku untuk menjodohkannya dengan Narina. Lemas sekali rasanya pusing dan aku mimisan.
“Vhay kamu kenapa? Sakitt? Kamu mimisan Vhay kita harus segera ke rumah sakit”
Terlalu pusing untuk menjawab pertanyaannya.
“aku gak apa-apa kak, aku Cuma lelah”
Dengan penuh tanggung jawab ia robek kemejanya untuk menyumpal darah mimisanku serta membasuh wajahku dengan air mineralnya. Walaupun aku nyaris pingsan tapi kesadaranku masih terjaga, dan rasanya aku nyaman sekali berada disandarannya, hingga akhirnya aku tak ingat apa-apa dan terbang ke alam bawah sadar.
∞∞∞
Saat aku tersadar tak kudapti seorang pun berada disampingku, aku telah berada di salah satu ruangan yang tak kukenali, dan sepertinya aku berada di sebuah ruangan klinik. Terdengar suara Narina di luar sana, kepalaku kembali pusing dan hatiku masih terasa sakit.
alhamdulillah sadar juga akhirya” ucap Narina.
“aku gak apa-apa, siapa yang membawaku kemari Na?”
“aku tidak tahu tiba-tiba ada seseorag yang mentelephone dan memberi tahu  kalau kamu pingsan”
Hmmm rupanya seniorku itu tidak menginginkan Narina tahu kalau  aku dan ia telah jalan.
“aku mau pulang Nana, bisakah kamu menemaniku sampai aku naik kendaraan”
”tapi apakah kamu yakin sudah mau pulang, apa benar sudah baikan?” ucap Nana dengan nada khawatir.
“aku gak apa-apa Nana jangan bawel deh ayo bantu aku pulang he?”
“baiklah” ucap Narina pasrah.
Diperjalanan aku hanya membisu. Bingung dengan semua kenyataan ini. Akhirnya aku pun harus mengalah terhadap kenyataan, menerima semua yang terjadi meskipun aku tak pernah menginginkannya, aku berhenti untuk mengharapkanmu, membiarkanmu berlalu seperti angin tanpa rasa yang pasti aku melepaskanmu pergi, seandainya aku dapat memilih, aku akan memilih untuk tidak mengenalmu saja, dan tangan Tuhan membuatmu menjadi hal biasa saja untukku, rasanya semua ini terlalu menyakitkan untukku, membuat aku terjatuh, terlunglai tak berdaya, tak cukup aku menangis, Dera apakah kau mengerti perasaanku? Kamu jahat Dera, kamu jahattt .
                              ∞∞∞
Satu bulan berlalu dari kejadian itu aku memulai aksiku untuk menjodohkan sang senior dengan Narina, meskipun hatiku sakit melakukan ini semua tapi aku akan lebih sakit jika tidak melihatnya bahagia, namun sangatlah sulit karena situasinya Narina telah mempunyai kekasih. Sedangkan sang senior semakin mendesakku untuk memutuskan hubungan Nana dengan kekasihnya itu.
Tahun pun berganti dan aku belum bisa mempersatukan sang senior dengan temanku Narinaa. Seniorku itu menginginkan bahwa hari wisudanya nanti ia dapat bergandengan dengan Narina, aku mencoba memberikan pengertian pada Nana untuk bisa memenuhi undangannya untuk menghadiri wisuda sang senior namun Nana bersikeras tidak menginginkan hal itu terjadi hingga aku sempat bertengkar dengan Nana.
“Nana mau yah kamu nemenin kak Dera diwisudanya nanti?” ucapku penuh iba kepada Nana.
“mulai deh, kamu ini kenapa ngotot sekali sih. Aku bilang kan gamau ya gamau, kamu kan tahu sendiri kalau aku sudah punya kekasih dan  aku gamau berkhianat” protes Nana tetap pada pendiriannya.
“please Nana kali ini aja dengerin permintaan aku ya, toh kamu gak akan rugi juga!!!”
“sekali nggak ya nggak, kamu aja sana yang pergi ke wisudanya dia, GAK PENTING BUAT GUE?”
“Jahat banget sih kamu Nana, jangan gitu juga kali, kalau kamu berubah pikiran, langsung hubungin aku ya hehehe”
“malesssssss” ucap Nana dengan jutek dan ngeloyor pergi bagai angin berlalu.
Rupanya perdebatanku dengan Narina kali ini disaksikan oleh sang senior, kemudian ia menghampiriku yang sedang termenung di salah satu sudut kampus.
“kamu gak usah memohon-mohon seperti itu demi aku, kalau memang dia tidak mau menemaniku saat wisuda nanti, tak apalah gak perlu ada paksaan seperti tadi, aku gak suka!!!” ucapannya benar-benar mengagetkanku sekaligus membuyarkan lamunanku.
“tapi aku yakin dia pasti mau kak, hanya saja ia belum yakin untuk hal itu, kakak tenang aja aku akan berusaha membujuk dia supaya mau menemani kakak saat wisuda nanti yah!!! aku janji kak
“ku bilang tak usah Vhay, aku udah gak minat lagi”
“kok kakak nyerah gitu sihh,, wisuda kan masih ada waktu satu minggu lagi kak" protesku dengan nada kesal.
“aku mau kamu yang mendampingi ku saat wisuda nanti”
“apa kakk!!! Apa aku gak salah dengar????”
“nggak Vhay, aku mau kamu mendampingiku saat wisuda nanti, untuk apa mencari sang rembulan yang jauh jika ada sang bintang didekat kita”
“aku masih gak ngerti kak”
“dasarrr bodohhh ucapnya sambil merusak kerudungku yang memang telah berantakan dari awal.
Ya Tuhan rasanya aku tak percaya dengan apa yang diucapkannya tadi, ia memintaku untuk mendampinginya saat wisuda.. awwwww bahagia sekali rasanya, suatu kenangan indah yang takan mungkin bisa kulupakan.
“aku mau mendapingi dirimu, aku mau cintai kekuranganmu” sebuah pesan masuk darinya yang sangat ku damba.
“gimana udah siap mendampingiku nanti?”
“sangattttt siappppp”
“siipp, bagus”
Ia memberiku sebuah gaun yang sangat cantik nan indah untuk  aku pakai saat wisudanya nanti. Rasanya aku udah gak sabar menanti hari indah itu, semoga tidak terjadi kepahitan seperti setahun yang lalu saat ia mengajakku jalan ke kawah putih. Aminnn.
Dan akhirnya hari indah itu telah tiba, dan kali ini tidak mengecewakan seperti yang sudah-sudah. Terimakasih Tuhan atas kebahagiaan ini. aku pun mendampingi ia wisuda bersama dengan keluarga besarnya. Keluarganya ramah-ramah dan welcome banget kepada ku. Usai acara wisuda, sang senior mengajakku kerumahnya untuk makan malam dengan keluarga besarnya. Tentunya aku menerima ajakan itu dengan senang hati. Beberapa hari dari acara wisuda itu ia mengikuti pelatihan sebagai dokter profesi,  aku sangat mensupportnya mengikuti pelatihan tersebut dan ternyata ia lolos bekerja di sebuah rumah sakit swasta di daerah Buahbatu dan mulai praktik hari itu juga, aku turut berbahagia atas keberhasilan itu dan  aku bersyukur atasnya.
Satu bulan sudah ia menjadi dokter disana, dan kita jarang kontekan lagi mungkin karena dia sibuk pikirku, aku pun fokus kepada kuliahku yang baru semester empat, dua tahun mendatang aku akan menyusul keberhasilanmu, janjiku dalam hati.
                                                            ∞∞∞
Tanpa terduga, hari itu sabtu 16 Mei 2015. Ia menjemputku di gerbang kampus, bahagia sekali rasanya setelah tak jumpa selama satu bulan lebih.
“hallo Vhay, lesu banget sih, jelek tahu. Hahaha”
“aku lesu karena tak dapat kabar dari kakak, hahaha”
“gombell banget sihh
“tumben kakak kemari, ada apa? emangnya nggak ke rumah sakit”
“aku pulang dari rumah sakit langsung kemari, mau mengajak kamu makan siang, maukah?”
hahhh makan siang? Sekarang kan sudah jam 14.40 WIB kak udah bukan jam makan siang lagi, hehehe”
“kalau gitu, acara satnight aja dehh”
“seriiusan nih mau ajak aku satnight’an???”
“seriiuuss ayo”
“ikh aku kan baru pulang kuliah, belum mandi belum belum make-up, pokokmya belum apa-apa masa harus udah jalan aja sih, jahat dehhhh kan gak seru kalo satnight’annya kucel and the kumel begini”
“kamu itu tambah jelek kalau pakai make up, natural aja, hehe, maaf saking semangatnya. aku jemput jam 4 sore nanti ya”
“siap pak dokter hehehe”
Waktu pun telah menunjukan pukul 16.00, aku dibuatnya gelisah, karena ini akan menjadi satnight pertamaku dengannya. Ia mengajakku dinner kesebuah caffe di kawasan Dago. Indah sekali suasana disini romantis, rapi dan bersih, aku sangat menyukai tempat ini, dan disinilah terjadi sejarah itu.
“Vhay aku ingin ungkapkan sesuatu kepadamu”
“apa itu kak?”
Ia menggenggam tanganku dan.....
“maukah kamu menjadi kekasihku Vhay????”
“hahh apaa????? aku shock loh kak jangan bercanda deh” hatiku mulai terbakar oleh cinta yang membara.
“apakah aku terlihat sedang bercanda???”
“semoga tidak
“jadi jawab nya apa Vhay?” ucapnya penuh harap.
“aku mau kak, aku teramat sangat mau, bahkan tak akan aku berpikir lama-lama untuk menjawab itu, karena aku sudah terlalu lama menanti kakak mengucapkan kata indah itu” aku menangis haru, ya aku tak bisa menyembunyikan rasa bahagi aku ini dan aku tak kuasa menahan butiran air mata bahagia ini.
“i love u”
“i love u to kak”
Kemudian ia memasangkan sebuah cincin perak dijari tengahku.
“kenapa harus dijari tengah kak?” pikirku penuh keraguan.
“boleh aku jujur?” ia tampak muram.
“tentu itu harus” jawabku penuh arti.
“sebenarnya cincin itu telah lama aku beli, aku membeli cincin itu untuk ku pasangkan dijari manis Narina setelah  aku wisuda, tapi melihat penolakan dia tehadapku, maka aku putuskan tidak akan pernah memasangkan cincin ini untuknya tapi untuk memasangkannya dijari manismu, tapi ternyata aku baru sadar jari-jarimu mu lebih imut dari dia, maka itu aku pasangkan cincin ini dijari tengahmu?” ucapnya dengan rasa bangga.
Shittt aku gatau harus berkata apa, hati aku sakit banget dengan kejujurannya, jahat banget sih kamu kak, apa coba salahku,  aku gak pernah menuntut apapun darimu, bahkan sekali pun aku sangat mencintaimu aku tak pernah memintamu untuk mencintaiku juga.
‘meskinya ku tak harus mengenal dirimu, meski ku tak harus mencintai dirimu, sakit yang ku rasakan takan pernah hilang, ohh cinta yang kau berikan bukanah untuk, luka darimu kan membeku, sakit hati ku merasuk jantungku......’
Ya sebait lagu milik angkasa mewakili perasaanku saat ini, tapi  aku tak ingin dia tahu bahwa hati aku rasanya sakit bagai tersayat ribuan pisau yang mengkilap.
“kamu kok ngelamun sih Vhay,, maafin aku ya, aku tahu kamu terluka dengan ini”
“aku bahagia kok kak, Narina kan sahabatku, jadi untuk apa  aku terluka. Mungkin aku akan lebih terluka jika kamu tidak jujur”
“sykurlah”
Hanya itukah jawaban atas luka yang kau toreh kepada ku. Jawaban yang sungguh sangat tidak aku harapkan. Kita pun pulang dengan kebisuanku. Sampai di rumah aku menangis, menangis sepuasnya  menumpahkan kekecewaanku, bodohnya aku karena cinta. Jahatnya kamu kak aku kecewa.....
‘seluruh hati telah terluka karena ungkapan hatimu yang palsu tak pernah aku sebodoh ini, dipermainkan aku diam saja, hancur hatiku berkeping-keping ternyata aku bagimu tak penting, baru sekarang aku tersadar setelah engkauuuu..... tapi percaya pasti kan ada cinta yang membuat ku bahagia tapi aku percaya pasti kan datang cinta yang membuat aku senang.....’
Lagu milik pudja mewakili kekcewaanku padamu kak. aku gak pernah bercerita tetang ini kepada Narina, aku malu ya aku malu kalau sampai dia tahu dan mengejekku sebagai pelampisan cintanya saja, sakkittttt...
                                                            ∞∞∞
Dua tahun sudah perjalanan asmaraku dengan sang senior sejak peristiwa pahit menggores hati di caffe itu. Tapi selama ini dia baik dan sangat perhatian terhadapku walaupun kurang peka terhadap perasaanku, karena ternyata dia masih suka kontekan sama Narina tanpa sepengetahuanku. Ia pun banyak membantu dalam proses perkuliahanku, dan ia juga lah yang membimbingku menyusun skripsi dan berulang kali mngujiku agar aku tidak gugup saat sidang nanti katanya. Tapi aku senang, karena apa yang ia ucapkan dan ajarkan kepada ku itu sangat bermanfaat hingga aku sukses sidang skripsi, tinggal menunggu hari wisuda datang menjemputku.
Hari itu aku mengenang semua perjalananku dari awal hingga akhirnya aku bisa bersama sang senior yang telah menjadi kekasihku ini. Tapi tiba-tiba kepalaku pusing sekali dan aku kembali mimisan. Akhir-akhir ini aku sering mimisan lagi, aku menyimpan semuanya baik-baik, aku tak mau keluarga dan kekasihku tahu kalau aku sering mimisan lagi seperti dulu, aku pun tidak menganggap serius akan hal ini.
Tepat di hari wisuda, sang senior yang telah menjadi kekasihku selama 3 tahun ini, ia meminangku di depan keluarga dan teman-temanku bahkan di depan Narina. Ya Tuhan kejutan apa yang engkau persiapkan untukku, aku bahagia sekali Tuhan hanya ucapan syukur yang tiada henti yang dapat aku persembahkan untukmu ya Allah.  aku pun menerima pinangannya, dan ternyata ia telah menyiapkan segalanya, sehingga hari itupun setelah prosesi wisuda selesai, acara pertunanganku dengannya berlangsung di sebuah gedung kawasan Braga. aku gak pernah menyangka akan sebahagia ini di hari wisuda ku, walau aku bukanlah seorang mahasiswa yang berprestasi seperti Nana, tapi kebahagiaan lain datang menghamiriku yaitu kebahagiaan dunia akhiratku. Tapi ya Tuhan rencana apa lagi yang kau buat untukku kenapa di hari bahagiaku ini aku justru harus menebusnya dengan kembali merasakan sakit dikepalaku dan aku mimisan lagi, kali ini aku tak dapat menyembunyikan ini lagi semua orang menyaksikan tentang kesakitanku, semua panik, dan kepanikan mereka berdampak buruk terhadap ku, karena aku kehilangan kesadaran dan pingsan. Saat aku tersadar aku telah berada di sebuah ruangan ICU dengan selang oksigen dan infus menempel ditubuhku. Dan disampingku ada tunanganku yang amat sangat kucintai sedang tertidur pulas, dan ia pun terbangun.
“kamu sudah sadar sayang”
“kepalaku pusing kak, badanku terasa sakit, bahkan rasanya mataku seperti agak redup”
“jangan menangis cinta semua akan baik-baik saja”
ia menggenggam tanganku erat sekali, dan rasanya seperti ia mentransfer kekuatan positif untukku dan aku berasa sehat.
“aku gak takut sakit kok kak, yang aku takutkan adalah apakah kita masih bisa melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat seperti yang telah direncanakan sebelumnya?”
“insyaAllah sayang, pernikahan akan tetap berlangsung, sekarang pikirkanlah saja dulu kondisimu untuk bisa cepat pulih ya, love u”
“love u to kak” dalam hati aku menangisi semuanya, mengapa harus terjadi disaat kebahagiaan ini nyaris sempurna, aku tahu sebagai seorang dokter specialis penyakit dalam ia pasti sudah memprediksi penyakit yang bersarang ditubuhku ini, sedih sekali rasanya ya Tuhan.
∞∞∞
Tiga hari menjalani perawatan di rumah sakit itu serasa tiga tahun lamanya. Dan aku tidak sabar untuk segera mempersiapkan segala sesuatu untuk acara pernikahanku dengannya yang akan berlangsung dua bulan mendatang. aku dan dia mulai sibuk merancang konsep resepsi pernikahan kami nanti, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada kami tentang tempat dan segala macam pernak-pernik pernikahan mulai dari surat undangan, dekorasi, gedung, gaun, dan sebagainya, orangtua mendukung semua usulan kami, mereka hanya mengurusi tentang akad walimahan dan urusan dapur saja.
Hari itu 16 Mei 2018 aniversary hubungan kami yang ke 3 tahun, dan kita sepakat untuk merayakan aniversary ini dengan melakukan pemotretan praweding. kita melakukan pemotretan di kota Garut, karena aku senang sekali suasana pantai dan kebetulan di Garut terdapat pantai Santolo yang indah, pemotretan juga diambil di kawah putih untuk mengenang masa awal perkenalan kami dulu. Dan dengan bangga foto-foto hasil pemotretan itu akan kami pajang disaat resepsi pernikahan kami, dan inilah hasil pemotretannya J hehehe
Foto pertama ini diambil di Pantai Santolo Garut.
Foto-foto kedua ini diambil di pegunungan Kawah putih, Bandung.
Foto terakhir ini adalah foto favoritku di sebuah studio foto J
Usai melakukan pemotretan foto prawed. aku dan ia pergi ke percetakan undangan, kami tak banyak mengundang teman, hanya orang-orang tertentu yang kami undang, tapi tak tahu jika orangtua kami mengundang tamu lebih banyak dari kami. untuk surat undangan  akulah yang mendesign tapi tentunya dengan persetujuan dia sang senior calon imamku.
                              ∞∞∞
Hari itu Kamis 17 Mei 2018 cerah sekali, namun yang pasti hatiku lebih cerah dari langit yang cantik itu betapa tak cerah satu bulan lagi aku akan resmi menjadi nyonya Dera Firdauz, bahagia sekali. Namun lagi-lagi kepala ku pusing, seribu tanya menyeruak dibenakku, ketakutanku muncul saat aku kembali mimisan. Ya Tuhan  aku takut, takut sekali akan hal terburuk yang akan aku hadapi nanti. Ibuku sangat panik dan menyarankan aku untuk ke dokter.  aku pun menuruti perintahnya, hari itu juga aku langsung pergi ke dokter cantik sang malaikat hidupku, dr Helma D.U. harapanku semoga tak terjadi sesuatu yang buruk terhadapku, namun setelah pemeriksaan itu, sang dokter menyuruhku untuk kembali ke dokter utama ku dulu, ya seorang dokter spesialis penyakit dalam, hati semakin tak karuan, takut cemas gelisah dan sedih. aku takut mendapati kenyataan yang mengecewakan tentang diriku, hari sudah beranjak sore namun aku inginkan hari ini juga selesai tentang pengobatan ini, aku ingin memastikan bahwa aku sehat, ya akan ku tunjukan surat sehatku nanti kedepan keluarga dan calon suamiku. Hari itu juga dokter memintaku untuk melakukan cek laboraturium,  aku semakin gelisah namun aku yakin aku sehat aku adalah seorang dokter dan sudah aku pastikan bahwa aku harus sehat, aku pun berani menjalani semua ini. Ketika semua beres, dokter memanggilku kembali masuk ke ruangannya, degdegan itulah yang kurasakan saat ini, menanti hasil terbaik yang aku harapkan, namun kenyataan berkata lain, ya aku divonis mengalami “phenomonia” itulah ucapan sang dokter yang bagai petir dihari yang cerah. Seketika badanku lemas mendengar semua itu, sakit sekali hati ini menerima kenyataan, Tuhan apa lagi yang kau rencanaka untukku, kenapa harus ada bahagia bila akhirnya aku mendapatkan vonis kematianku, sakit sekali. Dokter menganjurkan aku untuk segera berobat intensif, aku bingung dari mana uang untuk biaya berobatku nanti, pekerjan saja  aku tak punya, hanya mengandalkan gelar dokter Sp. PD. pun tak cukup untuk bersaing mendapatkan pekerjaan, apalagi sebentar lagi aku akan menikah, bagaimana kalau kekasih hati ku itu tak menerima seseorang berpenyakitan seperti aku, maka pernikahan pun akan gagal dan akan mengecewakan keluarga besarku, aku bingung ya Tuhan bantu aku.
Senyum manisku kini memudar tak tahu harus berbuat apa atas kenyataan baru dalam hidupku. Babak baru sebagai penyandang kanker dalam hidupku. Dokter biadab berani-beraninya dia memvonisku dengan penyakit ini saat kebahagiaan sebagai calon pengantin tengah menyelimutiku, bagaimana aku menjelaskan kepada mereka???? Seharian ini aku hanya termenung sendiri, bingung harus bagaimana dan berbuat apa, entahlah.
 Semakin hari keluargaku semakin sibuk karena sudah mendekati hari-H pernikahan. Ya sisa waktu lajangku tinggal dua minggu lagi, dua minggu terakhir sebelum melepas perdikat kelajanganku itu aku masih dibuat bingung oleh permainan takdir, masalahnya aku sudah tidak merasakan sakit di kepala dan organ lain tubuhku, aku justru merasa sehat dan terlihat bugar itulah komentar saudara-saudaraku yang semakin banyak berdatangan.
Sudah satu minggu aku tak bertemu dengannya, orang tuaku bilang kami sedang dipingit dan tak boleh bepergiaan. aku kangen sekali dengan dia, dua hari ini dia tak memberiku kabar, apakah ia sedang sibuk? Sesibuk apakah ia sampai melupakan aku sang calon isterinya. Sedih, itulah yang aku rasakan.
H-7 menjelang hari yang paling bersejarah dihidupku, gaun pengantin pun telah terpajang dikamarku untuk ku pakai dipesta pernikahan nanti, aku dan ia sepakat untuk menggunakan kebaya saat walimahan dan gaun saat pesta resepsi, gaunnya pun hasil design kami sendiri, kami sengaja tidak menyewa gaun pernikahan, kami ingin gaun pernikahan kami menjadi satu kenangan indah yang akan kami kenang disaat masa tua kami, dan kami ingin mewariskannya untuk anak cucu kami karena itu murni hasil rancangan kami, dan inilah gaun pernikahan kami J
 
Ini adalah gaun yang akan aku kenakan saat resepsi siang hari setelah akad walimahan.

Dan ketiga gaun ini akan aku gunakan pada saat pesta resepsi malam hari.
Bahagia sekali melihat gaun-gaun itu menghiasi kamar pengantin yang telah di dekorasi dengan begitu indah dan sangat natural sesuai keinginanku. Inilah potret kamar pengantinku
     
Ini adalah potret dekorasi pelaminanku nanti dengannya. Hanya tinggal menunggu undangan yang belum selesai tercetak, padahal waktu sudah hampir mau mepet sekali beruntung aku sempat mengundang teman-temanku lewat group facebook dan BBM.
                              ∞∞∞
Empat hari menjelang pernikahan surat undangan pun telah selesai dan tinggal disebar luaskan, seperti inilah contoh surat undangan pernikahanku dengannya. Tampak bagian depan:

Tampak bagian belakang:

Nampaknya lengkap sudah semua pernak pernik pesta, sejenak  aku terlupakan akan penyakitku. Dua hari menjelang pernikahan acara siraman pun akan segera berlangsung dan bahagia sekali saat dia memberi tahu ku bahwa semua barang seserahan telah siap berikut mobil pengantin yang ia hias sendiri, seperti inilah hasilnya :
Tak ada satupun yang kurang dari kebahagiaan ini terimakasih ya Tuhan telah engkau limpahkan semuanya ini dengan sempurna, sehingga membuatku terlena. Rasa lelah yang  aku rasakan sudah tak berarti lagi yang ada hanya aku ingin pernikahanku yang nyaris sempurna ini segera berlangsung itulah harapanku saat prosesi siraman berlangsung. Saat itu aku mengenakan dress yang ia berikan saat ia memintaku untuk mendampinginya wisuda.
Celakanya aku yang mengabaikan rasa lelah dan sakitku ini berakibat sangat patal bagiku, di malam terakhir ku menjelang pernikahan esok pagi, tubuhku lemas seketika, aku kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur kedekat meja riasku, sakit, sakit sekali rasanya seluruh badanku bahkan untuk menggerakan kakiku agar bisa berdiri pun nyaris tak bisa kulakukan, hanya setengah kesadaran yang tersisa aku tak mampu bertahan dan aku tak mampu berteriak untuk meminta bantuan, aku sempurna pingsan tanpa ada satu orang pun yang mengetahui.
Kepanikan menyelimuti seisi rumah, mereka kaget melihatku tak sadarkan diri dikamar pengntinku. Detik itu juga kakakku mentelpon sang mempelai pria untuk memberi tahu kondisiku. Semua berduka di hari pernikahanku. Hari dimana seharusnya semua orang bersorak-sorai bahagia karena menyambut pesta pernikahan yang smepurna ini. Namun kini apa yang terjadi semuanya hening, sepi, tak ada satupun orang yang berlalu lalang untuk memeriahkan pestaku ini, pelaminan yang kosong tanpa kedua mempelai, mesjid yang sunyi tanpa ada ikrar sehidup semati antara sepasang pria dan wanita, gedung yang megah dengan dekorasi yang cantik itu nyaris tak tersentuh oleh sang mempelai, tak ada upacara adat untuk menyambutan kedatangan sang mempelai pria, kue pernikahan ini yang aku design dengan miniatur menara eiffeel yang melambangkan keromantisan hanyalah hiasan yang menyedihkan, dan gaun-gaun indah yang menjuntai itu hanya mimpi belaka, kamar pengantin itu tak ada gunanya, cincin pernikahan itu hanyalah kenangan manis belaka. Yang ada hanya kekecewaan, sedih, pilu, pernikahan nyaris gagal dan porakporanda, kami semua sepakat pernikahan ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan, karena itulah yang dokter ucapkan ketika mengomentari kondisiku yang sudah parah, ya di dalam komaku aku masih bisa mendengar semua yang mereka ucapkan tanpa harus melihatnya, aku merasakan apa yang mereka rasakan walau aku tak menyentuhnya, dokter bilang organ paru ku sudah tak berfungsi dan saat aku terjatuh kemarin terjadi pembekuan darah yang mengakibatkan saraf-saraf diotakku harus diperbaiki secara medis, itulah yang menyebabkanku tak dapat membuka mata dan bergerak sedikit pun hanya hati dan pendengaranku yang berjalan normal. Dokter tak dapat memastikan kapan aku akan siuman, bahkan dokter pun tak yakin aku dapat bertahan jika salah satu alat bantu kedokteran itu terlepas dari bagian tubuhku. Menyedihkan sekali nasibku ini. Hari pernikahan yang ku tunggu-tunggu kehadirannya berlalu begitu saja tanpa adanya prosesi ikrar sehidup semati dengan pasanganku ini, Tuhan segeralah sadarkan aku, aku ingin menikah dengan pangeran hatiku. aku ingin merasakan bahagianya mempunyai pasangan sehidup sematiku Tuhan. Namun lagi-lagi tuhan mengujiku dengan kepahitan ini.
Begitu lamanya aku tertidur dalam komaku, sehingga setelah aku terbangun dari tidur panjangku ternyata waktu telah berlalu begitu cepat karena ternyata aku tidur dalam komaku 1,5 tahun lamanya. Hingga tak mungkin aku mempertanyakan nasib pernikahanku dengan sang senior. Sadarnya aku dari komaku merupakan keajaiban yang tidak bisa dideteksi oleh pihak medis. aku kembali sehat dan fungsi paru ku berjalan normal kembali, hanya kehidupanku yang tak dapat aku kembalikan seperti semula. aku bingung harus berbuat apa, karena menurut keluargaku sang senior yang nyaris jadi suamiku itu telah membatalkan pernikahan tiga bulan yang lalu, karena keluarganya yang tak bisa menunggu ketidakpastian sehingga ia telah melangsungkan acara pertunangan dengan sahabatku Narina tiga bulan yang lalu. Maka aku putuskan untuk mendatangi Nana dan memberikan surat undangan yang belum sempat aku berikan kepadanya, semoga dia mengerti akan arti kesakitanku karena ia telah mengambil kebahagiaanku. Namun setibanya aku di rumah Nana, tak kudapati Nana yang dulu sangat solid kepadaku, karena disana aku dibentak dan dipaksa melupakan sang senior karena mereka telah menganggapku tak ada, dan mereka akan segera melangsungkan pernikahan tiga bulan mendatang, sungguh aku kecewa melihat perlakuannya kepadaku, kemanakah Nana yang dulu? Entahlah mungkin memang harus aku terima semua kesembuhan ini dengan tebusan yang amat mahal yaitu dengan merelakan sang senior untuk sahabatku.
Diperjalanan pulang aku berpapasan dengan sang senior mantan calon suamiku itu, jujur aku tak sanggup menahan tetesan air mata ini, hingga akhirnya aku cepat berlari untuk menghindari dia, namun  aku tak berhasil karena dia mendapati tanganku dan langsung memelukku. Tangisku pecah seketika.
“ya tuhan apa ini benar-benar kamu Vhay? Apa ini bukan mimpi?” ia kemudian menatapku dengan penuh kerinduan dan haru.
“kenapa harus seperti ini kak?” aku menggantungkan pertanyaanku karena aku yakin pasti dia sudah mengetahui maksudku.
“maafkan aku Vhayen, semua ini terjadi tanpa ku duga, jika saja aku tahu kamu akan kembali sehat seperti dulu takan pernah aku menggagalkan pernikahan kita dan melangsungkan pertunangan dengan Nana”  tersirat luka dalam ucapannya yang menyakitiku.
“kamu kini bukan miliku lagi kak, berbahagialah dengan Nana sahabatku, jangan sakiti ia seperti kamu menyakitiku sekarang ini” aku melepaskan pelukannya dan berpaling hendak menjauh, tapi lagi-lagi ia mendekapku dengan erat.
“aku bingung Vhay aku masih mencintaimu, tapi aku tak bisa memutuskan pertunganku dengan Nana karena,,, karena..”
karena apa kak, mengapa tak bisa? Jawab aku kak”
“karena sesuatu yang tak bisa aku ucapkan sekarang Vhay”
lepaskan aku dan biarkan aku pergi” tangisan ini ku akhiri dengan rasa kecewa yang mendalam. Aku pun pergi tanpa harus menoleh kebelakang lagi.
Diperjalanan aku hanya membisu. Bingung dengan semua kenyataan ini. Akhirnya aku pun harus mengalah terhadap kenyataan, menerima semua yang terjadi meskipun aku tak pernah menginginkannya, aku berhenti untuk mengharapkanmu, membiarkanmu berlalu seperti angin tanpa rasa yang pasti aku melepaskanmu pergi, seandainya aku dapat memilih, aku akan memilih untuk tidak mengenalmu saja, dan tangan Tuhan membuatmu menjadi hal biasa saja untukku, rasanya semua ini terlalu menyakitkan untukku, membuat aku terjatuh, terlunglai tak berdaya, tak cukup aku menangis, Dera apakah kau mengerti perasaanku? Kamu jahat Dera, kamu jahattt .
 Setibanya di rumah ku buang semua hal yang dapat mengingatkan ku kepada Dera si penghianat cinta itu, aku gak mau hariku terus terbayang oleh sosoknya, aku putuskan untuk memulai hidup baru tanpa mereka, tanpa ada masa lalu yang menari-nari bahagia diatas tangisanku, aku buang semuanya dan aku bakar surat undangan untuk Nana yang masih ada ditanganku.
Setelah keyakinanku kuat, aku ingin memulihkan hatiku dengan mengambil kuliah pascasarjana di London dengan jurusan kedokteran, semoga luka hatiku dapat terobati seiring dengan berjalannya waktu.

nb: mohon kritik dan saran. ini cerpen perdana penulis, semoga pembaca dapat mengambil hikmah dari kisah ini. terimakasih.