Kasih tak sampai
Semua berawal dari kekagumanku
terhadapnya. Sesosok pria hitam manis yang berkharisma, sungguh sangat menarik
perhatian jutaan pasang mata. Mulanya aku hanya mengagumi untdiriku saja,
tapi aku terlalu ekspresif dalam hal perasaan hingga tak kuasa menyembunyikan
rasa kagumku yang sebenarnya mendekati perasaan suka untuknya. Pandangan pertama
rasanya biasa saja tak ada yang dapat dikagumi dari sosoknya yang sangat
biasa-biasa saja. Tapi sejarah berkata lain, setelah masa orientasi mahasiswa
baru usai aku mulai terpesona dengan sosoknya yang ternyata ia adalah seorang mahasiswa
berprestasi, sampai disitu aku masih menyimpan rasa kagumku seorang diri. Sampai
tiba saatnya masa kaderisasi datang, aku
semakin tersihir oleh pesonanya yang jutek, jaim, dan sepertinya sangat
tertutup untuk umum, terutama untuk seorang mahasiswi sepertiku yang jauh dari
kata sempurna. Meski senior-senior itu berteriak, membentak, menyiksa dan
menggedar sikaf kristis mahasiswa dengan sadisnya, namun aku tak merasakan
kesadisan itu, sebaliknya aku merasa
amat sangat bahagia dan selalu merindukan masa-masa itu, semua itu karena
perasaan yang begitu bergetar dihatiku terhadapnya.
Usai masa kaderisasi itu aku tak
dapat memendamnya seorang diri lagi, aku menceritakan rasa kagumku terhadap
sosoknya itu kepada Ave sahabatku. Dan oh tuhan ternyata responnya sama, Ave mengagumi
orang yang sama dengan ku, ohh rupanya bukan aku saja yang tersihir oleh senyum
manisnya, tak apalah aku tetap senang.
Hari demi hari aku selalu terbanyang oleh
senyum dan kacamata unik seniorku itu, aku mempunyai suatu panggilan sayang
untuknya, ialah Mr.Conan penyejuk hati di kegersangan jiwa. Dikampus jarang
sekali aku melihatnya karena ia sudah tingkat akhir, dan itu artinya semakin
tipis peluangku untuk bertemu dengan idola ku. Oh ya, saking gak bisa
menyembunyikan kekagumanku, aku sampai menulis surat kaleng berisi salam sapaan
untuknya, gokilkan.
Suatu ketika saat aku selesai
mengirimkan tugas ujian tengah semester, dengan sengaja aku kepoin si Mr.Conan,
“duggghhhh” ya Tuhan sakiiiit sakiit sekali rasanya saat ku melihat dia
mengirimkan wall ke akun facebook sahabat dekatku, ucap ku dalam hati. Tak
kuasa rasanya akan luka yang ku rasakan perlahan tetesan air mata pun tak dapat
terbendung lagi, ya aku menangisi orang yang jelas-jelas tak mengenaliku.
Ketiga temanku Ave, Rene, dan Deya menghibur aku dengan candaan mereka,
jahatnya mereka sampai sempat-sempatnya mengabadikan moment tangisanku itu, sungguh
kejamnya sobat-sobatku ini bahagia diatas penderitaanku,,, hhueeekkkkk..
Itulah foto iseng yang
diambil oleh mereka. Namun plong rasanya hati ini ketika tangis ku berakhir,
tak apalah aku ikhlas jika itu untuk sahabatku, Narina. Aku belajar
melupakannya, namun sungguh kuasa ada ditangan Tuhan sehingga sebesar dan
sekuat apapun hati ini mencoba melupakannya, namun hati tetap tak bisa
membohongi diri, maka aku pasrahkan hatiku kepada Illahi sang maha
pembolak-balik hati.
Waktu pun semakin berlalu dan
berlalu dengan tak terasa, hingga akhirnya Narina pun tahu kalau aku mengagumi
Dia. Dan ia sempat mengejekku, tapi ternyata dia juga sempat mengagumi sang
senior itu meski katanya sekarang sudah tidak lagi, Narina sempat berencana
untuk menjodohkan ku dengan sang senior itu karena memang Narina telah mengenal
dekat sang senior itu, tapi rasanya aku tak menginginkan hal itu terjadi,
karena aku tahu ternyata dia sudah punya kekasih yang sangat cantik dan nyaris
sempurna, ia seorang bintang di kampus kami dari fakultas sastra.
Aku gak berharap lebih, cukup
dengan melihatnya saja sudah membuatku senang sekaligus membuat hati gelisah
tak beraturan. Kehadirannya dihidupku membuatku semangat menjalani perkuliahan,
bahkan aku sangat ingin setiap hari berangkat ke kampus hanya demi berharap
dapat melihatnya walau hanya dari jarak jauh.
Hari berganti minggu, minggu
berganti bulan dan bulan pun berganti tahun, sedih rasanya aku akan kehilangan
sosok pujaan hati dalam kehidupan nyataku, karena dalam hitungan bulan sang
senior akan segera wisuda kelulusan dengan gelar dokter specialis penyakit
dalam (dr. Sp, PD). Sebelum semua itu terjadi aku harus bergerak cepat, aku tak
ingin menyesal seperti kisah sedihku di zaman SMU dulu.
Di setiap do’a yang ku panjatkan selalu
ku sisipkan namanya, walaupun aku tak mengetahui siapa nama aslinya, namun aku
yakin Tuhan tahu siapa yang aku maksud tanpa harus menyebutkan identitasnya.
Hampir setengah tahun berlangsung setiap do’a yang ku panjatkan rasanya belum
juga ada tanda-tanda keajaiban itu, bahkan tak ada perkenalan yang terjadi di
dunia nyata, semua hanya terjadi dalam angan-angan serta khayalanku saja.
∞∞∞
Suatu hari saat ku lihat facebook
tercantum bahwa hari itu ia berulang tahun, 12 Februari, ya Tuhan semoga ini
jalan yang engkau tunjukan kepada hamba, aku harus berani mengucapkan happy
birthday padanya via inbox, jangan via wall.
“assalamualaikum, selamat ulangtahun semoga
kesempurnaan serta kesuksesan selalu menyertaimu, amin yra.”
Itulah pesan singkat yang aku tulis via inbox
facebook semoga dia merespon, amin.
Hari pun berganti dan kembali aku
membuka facebook dengan harapan terbesarku, ya ampunnn ya tuhan apa aku tak
salah lihat, apa aku sedang tidak berkhayal, dan apakah aku sedang tidak bermimpi,
aku gak tahu harus mengekspresikan kebahagiaan ini dengan cara seperti apa yang
jelas thanks god engkau telah
memberikan kebahagiaan itu padaku, inbox ku 4 hari yang lalu dibalasnya.
“waalaikumusallam, iya
terimakasih de, amin.”
Itulah balasannya singkat padat dan
nyaris membuatku pingsan kegirangan karena teramat sangat membahagiakanku. Hari
pun terus berganti dan aku semakin intens chatting dengannya. Hingga suatu hari
tak sengaja kita bertabrakan di lantai dua gedung utama kampus, astaga rasanya
panas dingin menggelepar dan mati gaya. Aku mencoba serileks mungkin menatapnya.
Dan heyyy ternyata dia mengenaliku, sungguh diluar dugaanku, aku kira dia takkan
pernah mau tahu tentang sosok teman penanya di dunia maya ini. Dan kami pun
berbicang hanya sekedar berkenalan secara nyata .
“burung-burung pun
bernyanyi mendengar simpony melihatku dengan dirinya”
Sebait lagu milik Once mewakili
peasaanku saat itu. Dan aku tak pernah bisa berhenti mengingat keajaiban tadi. Tuhan
terimakasih telah memberiku kesempatan bertemu dengannya. Dua hari setelah
kejadian tabrakan yang tak disengaja tapi membahagiakan itu, tepatnya hari Rabu
pukul 12.59 WIB ia mengajakku janjian bertemu, tentunya aku menyanggupi
pertemuan itu dengan tempat di tangga lantai 2 gedung utama kampus, karena hari
Rabu aku ada perkuliahan sampai sore jadi ia pun menyetujui tempat kita bertemu
nanti.
Itulah pertemuan pertama ku
dengannya, tapi aku lebih suka menyebutnya dengan kencan perdana ku dengan sang
senior pujaanku. Tidak lama memang hanya 10 menit mungkin, tapi itu merupakan
10 menit paling istimewa diperjalanan hidupku. Teman-teman banyak yang menggodaku
setelah pertemuan itu dan aku hanya menanggapinya dengan senyuman merona
diwajahku. Narina tak pernah tahu tentang kedekatanku dengan sang senior karena
aku pun tak menginginkan dia tahu hal ini.
“aku mau mendampingi
dirimu, aku mau cintai kekuranganmu”, handphone ku berbunyi, pertanda ada pesan masuk. “Mr.conan” tertera di layar
handphone kesayanganku.
“hari sabtu besok ada
acara gak? Kita jalan yuu???”
“gak ada kak,, mmm
boleh, kemana???”
“maunya kemana?”
“kemana yaaa,,,
temen-temen ku bilang kawah putih indah, tapi aku belum pernah menyaksikan keindahan itu
secara nyata kak!!!”
“ohh,, kita kesana aja
yu sekalian membuktikan keindahan itu”
“seriiussss kaaa J ?”
“yappp seriusssss”
“oke kita janjian di depan
kampus ya”
“siipp”
Yeyeye lalala yeyeye lalala ahahay alhamdulillah kencan kedua akan segera
berlangsung hihihi, aku bersyukur sekali tangan Tuhan itu sangat adillll. Terimakasih
ya Allah tak henti-hentinya aku berucap
syukur kepadamu.
Satu jam 29 menit 12 detik aku
telah menanti kedatangannya. Cuaca yang sangat panas membuat kulitku semakin
terbakar, tapi karena ini adalah moment yang sangat aku impi-impikan maka aku harus
sabar menantinya. 2 jam sudah berlalu dan aku masih berada di tempat yang sama, duduk di
salah satu koridor kampus. Matahari pun mulai meredupkan sinarnya dan awan
mulai bergelayut di atas sana, siang yang tadinya cerah mulai gelap berawan dan
akhirnya hujan pun turun bersamaan dengan air mata yang membasahi pipiku, ya Tuhan
kenapa harus seperti ini, jauh-jauh hari aku membayangkan datangnya hari
bahagia ini tapi kenapa harus berakhir seperti ini? aku pun menangis tanpa ada
seorang pun yang tahu bahwa dibalik air hujan yang deras ini ada air mata yang
tumpah dari kelopak mataku. Badanku mulai mengigil, aku kedinginan, karena aku alergi dingin. Hujan pun mulai reda
dan aku masih setia menantinya,
tiba-tiba penglihatanku tertuju pada dua sosok insan Tuhan yang melaju dengan
kendaraan bermotornya dari arah utara, ya Tuhan seseorang yang sedang ku nanti
kedatangannya ternyata dia sedang berduaan bersama sahabatku Narina, kecewa
teramat sangat kecewa, untuk kedua kalinya aku merasakan sakit hati karenanya. aku putuskan untuk ikhlas dan tak berprasangka
buruk kepada sahabatku itu. Tanpa kusadari ternyata mereka telah berhenti
dihadapanku. Dan Narina bertanya, kenapa aku ada disini dengan keadaan basah
kuyup, ku jawab dengan senyum penuh luka bahwa aku sedang menunggu Tuhan mengirimkan malaikat
hati untuk bersedia menemaniku disini, dan ketika aku balik tanya dari manakah
mereka, dengan senyum bahagianya Narina menjawab bahwa dia baru pulang dari kawah
putih bersama sang senior yang aku tunggu kedatangannya sejak 3 jam yang lalu,
tak ingatkah kamu sahabatku bahwa aku menyukainya, dan sekarang kamu bersamanya
seolah-olah ingin menggoreskan serpihan kaca ke bagian terdalam hatiku. Ohhh
ternyata,,, aku mengeluh dalam hati, ia pun berpamitan untuk masuk ke kampus dan
yang pasti ia diantar oleh sang senior idamanku.
Satu jam dari kepergian mereka, aku
masih termenung di tempat yang sama, bajuku belum kering dan hatiku belum
pulih, maka ku putusakan untuk refleksi sejenak mengevaluasi kebodohanku yang
mau-maunya menunggu sesuatu yang tak jelas, hingga akhirnya datanglah ia
kehadapanku sang senior penakluk hati.
“vhay...”
“iiyaa apa kak” aku
berusaha menyembunyikan kesedihanku dibalik senyumku ini.
“maaf ya aku kira kamu tidak datang lebih awal” ucapnya
tanpa penyesalan sedikit pun.
“ aku belum lama ko kak disini. aku bahkan baru saja duduk saat
kakak dan Narina datang” bulshittt aku
berbohong yang padahal 4 jam lamanya aku menunggumu.
“lalu kenapa pakaianmu basah”
Uupssss apakah yang harus aku ucapkan Tuhan?
“itu karena tadi aku kesini nebeng sama teman menggunakan sepeda
motor makanya aku basah kuyup”
maafkan aku Tuhan harus berbohong seperti ini.
“lalu apakah kamu masih minat jalan denganku”
“tentu, itupun jika kakak tidak risih melihatku seperti ini.”
“oh no problem. C’mon” astaga Tuhan ia mengulurkan tangannya untuk
membangkitkanku, rasanya luka hati yang baru saja aku alami dapat langsung
terhapus, begitu cepatnya hati ini pulih hanya dengan perlakuan wajarnya yang
aku anggap tak wajar ini. thanks godd!!!
Sampailah aku di tempat tujuan awal
kami, kami mengobrol tentang pribadi masing-masing penuh canda kesenangan,
ternyata seniorku ini mengasyikan juga, tak seperti dugaanku yang menganggap kalau
ia orang yang jutekk dan jaim. Tapi semakin lama arah pembicaraan kami rasanya
berujung pada satu orang yaitu Narinaa sahabatku. Dan rasanya seperti terpanah
ratusan bambu runcing menghunjam ulu hatiku, ingin rasanya aku menumpahkan
airmata duka ini, tapi hati ini tak mengizinkan butiran air mata ini terjatuh,
harusnya aku bahagia karena senior idamanku jatuh kepada orang yang tepat. Ya
sang senior pujaanku ternyata mempunyai maksud lain mendekatiku, yaitu ia
memintaku untuk menjodohkannya dengan Narina. Lemas sekali rasanya pusing dan
aku mimisan.
“Vhay kamu kenapa? Sakitt? Kamu mimisan Vhay kita harus segera
ke rumah sakit”
Terlalu pusing untuk menjawab pertanyaannya.
“aku gak apa-apa kak, aku Cuma lelah”
Dengan penuh tanggung jawab ia robek
kemejanya untuk menyumpal darah mimisanku serta membasuh wajahku dengan air
mineralnya. Walaupun aku nyaris pingsan tapi kesadaranku masih terjaga, dan
rasanya aku nyaman sekali berada disandarannya, hingga akhirnya aku tak ingat
apa-apa dan terbang ke alam bawah sadar.
∞∞∞
Saat aku tersadar tak kudapti
seorang pun berada disampingku, aku telah berada di salah satu ruangan yang tak
kukenali, dan sepertinya aku berada di sebuah ruangan klinik. Terdengar suara Narina
di luar sana, kepalaku kembali pusing dan hatiku masih terasa sakit.
“alhamdulillah sadar
juga akhirya” ucap Narina.
“aku gak apa-apa, siapa yang membawaku kemari Na?”
“aku tidak tahu tiba-tiba ada seseorag yang mentelephone dan
memberi tahu kalau kamu pingsan”
Hmmm rupanya seniorku itu tidak menginginkan Narina
tahu kalau aku dan ia telah jalan.
“aku mau pulang Nana, bisakah kamu menemaniku sampai aku naik
kendaraan”
”tapi apakah kamu yakin sudah mau pulang, apa benar sudah
baikan?” ucap Nana dengan nada khawatir.
“aku gak apa-apa Nana jangan bawel deh ayo bantu aku pulang he?”
“baiklah” ucap Narina pasrah.
Diperjalanan aku hanya membisu. Bingung
dengan semua kenyataan ini. Akhirnya aku pun harus mengalah terhadap kenyataan,
menerima semua yang terjadi meskipun aku tak pernah menginginkannya, aku
berhenti untuk mengharapkanmu, membiarkanmu berlalu seperti angin tanpa rasa
yang pasti aku melepaskanmu pergi, seandainya aku dapat memilih, aku akan
memilih untuk tidak mengenalmu saja, dan tangan Tuhan membuatmu menjadi hal
biasa saja untukku, rasanya semua ini terlalu menyakitkan untukku, membuat aku
terjatuh, terlunglai tak berdaya, tak cukup aku menangis, Dera apakah kau
mengerti perasaanku? Kamu jahat Dera, kamu jahattt .
∞∞∞
Satu bulan berlalu dari kejadian itu aku memulai aksiku
untuk menjodohkan sang senior dengan Narina, meskipun hatiku sakit melakukan
ini semua tapi aku akan lebih sakit jika tidak melihatnya bahagia, namun
sangatlah sulit karena situasinya Narina telah mempunyai kekasih. Sedangkan
sang senior semakin mendesakku untuk memutuskan hubungan Nana dengan kekasihnya
itu.
Tahun pun berganti dan aku belum bisa mempersatukan sang
senior dengan temanku Narinaa. Seniorku itu menginginkan bahwa hari wisudanya
nanti ia dapat bergandengan dengan Narina, aku mencoba memberikan pengertian
pada Nana untuk bisa memenuhi undangannya untuk menghadiri wisuda sang senior namun
Nana bersikeras tidak menginginkan hal itu terjadi hingga aku sempat bertengkar
dengan Nana.
“Nana
mau yah kamu nemenin kak Dera diwisudanya nanti?” ucapku penuh iba kepada Nana.
“mulai
deh, kamu ini kenapa ngotot sekali sih. Aku bilang kan gamau ya gamau, kamu kan
tahu sendiri kalau aku sudah punya kekasih dan aku gamau berkhianat” protes Nana tetap pada pendiriannya.
“please
Nana kali ini aja dengerin permintaan aku ya, toh kamu gak akan rugi juga!!!”
“sekali
nggak ya nggak, kamu aja sana yang pergi ke wisudanya dia, GAK PENTING BUAT
GUE?”
“Jahat
banget sih kamu Nana, jangan gitu juga kali, kalau kamu berubah pikiran,
langsung hubungin aku ya hehehe”
“malesssssss”
ucap Nana dengan jutek dan ngeloyor pergi bagai angin berlalu.
Rupanya perdebatanku dengan Narina kali ini disaksikan
oleh sang senior, kemudian ia menghampiriku yang sedang termenung di salah satu
sudut kampus.
“kamu
gak usah memohon-mohon seperti itu demi aku, kalau memang dia tidak mau
menemaniku saat wisuda nanti, tak apalah gak perlu ada paksaan seperti tadi,
aku gak suka!!!” ucapannya
benar-benar mengagetkanku sekaligus membuyarkan lamunanku.
“tapi
aku yakin dia pasti mau kak, hanya saja ia belum yakin untuk hal itu, kakak
tenang aja aku akan berusaha membujuk dia supaya mau menemani kakak saat wisuda
nanti yah!!! aku janji kak “
“ku
bilang tak usah Vhay, aku udah gak minat lagi”
“kok
kakak nyerah gitu sihh,, wisuda kan masih ada waktu satu minggu lagi kak" protesku dengan nada kesal.
“aku
mau kamu yang mendampingi ku saat wisuda nanti”
“apa
kakk!!! Apa aku gak salah dengar????”
“nggak
Vhay, aku mau kamu mendampingiku saat wisuda nanti, untuk apa mencari sang rembulan
yang jauh jika ada sang bintang didekat kita”
“aku
masih gak ngerti kak”
“dasarrr
bodohhh ”
ucapnya sambil merusak kerudungku yang memang telah berantakan dari awal.
Ya Tuhan rasanya aku tak percaya dengan apa yang
diucapkannya tadi, ia memintaku untuk mendampinginya saat wisuda.. awwwww
bahagia sekali rasanya, suatu kenangan indah yang takan mungkin bisa kulupakan.
“aku mau
mendapingi dirimu, aku mau cintai kekuranganmu” sebuah pesan
masuk darinya yang sangat ku damba.
“gimana
udah siap mendampingiku nanti?”
“sangattttt
siappppp”
“siipp,
bagus”
Ia memberiku sebuah gaun yang sangat cantik nan indah
untuk aku pakai saat wisudanya nanti. Rasanya
aku udah gak sabar menanti hari indah itu, semoga tidak terjadi kepahitan
seperti setahun yang lalu saat ia mengajakku jalan ke kawah putih. Aminnn.
Dan akhirnya hari indah itu telah tiba, dan kali ini
tidak mengecewakan seperti yang sudah-sudah. Terimakasih Tuhan atas kebahagiaan
ini. aku pun mendampingi ia wisuda bersama dengan keluarga besarnya.
Keluarganya ramah-ramah dan welcome banget kepada ku. Usai acara wisuda, sang
senior mengajakku kerumahnya untuk makan malam dengan keluarga besarnya.
Tentunya aku menerima ajakan itu dengan senang hati. Beberapa hari dari acara
wisuda itu ia mengikuti pelatihan sebagai dokter profesi, aku sangat mensupportnya mengikuti pelatihan tersebut
dan ternyata ia lolos bekerja di sebuah rumah sakit swasta di daerah Buahbatu dan
mulai praktik hari itu juga, aku turut berbahagia atas keberhasilan itu dan aku bersyukur atasnya.
Satu bulan sudah ia menjadi dokter disana, dan kita
jarang kontekan lagi mungkin karena dia sibuk pikirku, aku pun fokus kepada
kuliahku yang baru semester empat, dua tahun mendatang aku akan menyusul
keberhasilanmu, janjiku dalam hati.
∞∞∞
Tanpa terduga, hari itu sabtu 16 Mei 2015. Ia menjemputku
di gerbang kampus, bahagia sekali rasanya setelah tak jumpa selama satu bulan
lebih.
“hallo
Vhay, lesu banget sih, jelek tahu. Hahaha”
“aku
lesu karena tak dapat kabar dari kakak, hahaha”
“gombell
banget sihh ”
“tumben
kakak kemari, ada apa? emangnya nggak ke rumah sakit”
“aku
pulang dari rumah sakit langsung kemari, mau mengajak kamu makan siang,
maukah?”
“hahhh makan siang?
Sekarang kan sudah jam 14.40 WIB kak udah bukan jam makan siang lagi, hehehe”
“kalau
gitu, acara satnight aja dehh”
“seriiusan
nih mau ajak aku satnight’an???”
“seriiuuss
ayo”
“ikh
aku kan baru pulang kuliah, belum mandi belum belum make-up, pokokmya belum apa-apa
masa harus udah jalan aja sih, jahat dehhhh kan gak seru kalo satnight’annya
kucel and the kumel begini”
“kamu
itu tambah jelek kalau pakai make up, natural aja, hehe, maaf saking
semangatnya. aku jemput jam 4 sore nanti ya”
“siap pak
dokter hehehe”
Waktu pun telah menunjukan pukul 16.00, aku dibuatnya gelisah,
karena ini akan menjadi satnight pertamaku dengannya. Ia mengajakku dinner kesebuah
caffe di kawasan Dago. Indah sekali suasana disini romantis, rapi dan bersih,
aku sangat menyukai tempat ini, dan disinilah terjadi sejarah itu.
“Vhay
aku ingin ungkapkan sesuatu kepadamu”
“apa
itu kak?”
Ia menggenggam tanganku dan.....
“maukah
kamu menjadi kekasihku Vhay????”
“hahh
apaa????? aku shock loh kak jangan bercanda deh” hatiku mulai terbakar oleh cinta yang membara.
“apakah
aku terlihat sedang bercanda???”
“semoga
tidak ”
“jadi
jawab nya apa Vhay?” ucapnya penuh harap.
“aku
mau kak, aku teramat sangat mau, bahkan tak akan aku berpikir lama-lama untuk
menjawab itu, karena aku sudah terlalu lama menanti kakak mengucapkan kata indah
itu” aku menangis haru, ya aku tak bisa menyembunyikan rasa
bahagi aku ini dan aku tak kuasa menahan butiran air mata bahagia ini.
“i love
u”
“i love
u to kak”
Kemudian ia memasangkan sebuah cincin perak dijari
tengahku.
“kenapa
harus dijari tengah kak?” pikirku penuh keraguan.
“boleh
aku jujur?” ia tampak muram.
“tentu
itu harus” jawabku penuh arti.
“sebenarnya
cincin itu telah lama aku beli, aku membeli cincin itu untuk ku pasangkan
dijari manis Narina setelah aku wisuda,
tapi melihat penolakan dia tehadapku, maka aku putuskan tidak akan pernah
memasangkan cincin ini untuknya tapi untuk memasangkannya dijari manismu, tapi
ternyata aku baru sadar jari-jarimu mu lebih imut dari dia, maka itu aku
pasangkan cincin ini dijari tengahmu?” ucapnya dengan rasa
bangga.
Shittt aku gatau harus berkata apa, hati aku sakit banget
dengan kejujurannya, jahat banget sih kamu kak, apa coba salahku, aku gak pernah menuntut apapun darimu, bahkan
sekali pun aku sangat mencintaimu aku tak pernah memintamu untuk mencintaiku
juga.
‘meskinya
ku tak harus mengenal dirimu, meski ku tak harus mencintai dirimu, sakit yang
ku rasakan takan pernah hilang, ohh cinta yang kau berikan bukanah untuk, luka
darimu kan membeku, sakit hati ku merasuk jantungku......’
Ya sebait lagu milik angkasa mewakili perasaanku saat
ini, tapi aku tak ingin dia tahu bahwa
hati aku rasanya sakit bagai tersayat ribuan pisau yang mengkilap.
“kamu
kok ngelamun sih Vhay,, maafin aku ya, aku tahu kamu terluka dengan ini”
“aku
bahagia kok kak, Narina kan sahabatku, jadi untuk apa aku terluka. Mungkin aku akan lebih terluka
jika kamu tidak jujur”
“sykurlah”
Hanya itukah jawaban atas luka yang kau toreh kepada ku. Jawaban
yang sungguh sangat tidak aku harapkan. Kita pun pulang dengan kebisuanku.
Sampai di rumah aku menangis, menangis sepuasnya menumpahkan kekecewaanku, bodohnya aku karena
cinta. Jahatnya kamu kak aku kecewa.....
‘seluruh
hati telah terluka karena ungkapan hatimu yang palsu tak pernah aku sebodoh
ini, dipermainkan aku diam saja, hancur hatiku berkeping-keping ternyata aku
bagimu tak penting, baru sekarang aku tersadar setelah engkauuuu..... tapi
percaya pasti kan ada cinta yang membuat ku bahagia tapi aku percaya pasti kan
datang cinta yang membuat aku senang.....’
Lagu milik pudja mewakili kekcewaanku padamu kak. aku gak
pernah bercerita tetang ini kepada Narina, aku malu ya aku malu kalau sampai
dia tahu dan mengejekku sebagai pelampisan cintanya saja, sakkittttt...
∞∞∞
Dua tahun sudah perjalanan asmaraku dengan sang senior
sejak peristiwa pahit menggores hati di caffe itu. Tapi selama ini dia baik dan
sangat perhatian terhadapku walaupun kurang peka terhadap perasaanku, karena
ternyata dia masih suka kontekan sama Narina tanpa sepengetahuanku. Ia pun banyak
membantu dalam proses perkuliahanku, dan ia juga lah yang membimbingku menyusun
skripsi dan berulang kali mngujiku agar aku tidak gugup saat sidang nanti
katanya. Tapi aku senang, karena apa yang ia ucapkan dan ajarkan kepada ku itu
sangat bermanfaat hingga aku sukses sidang skripsi, tinggal menunggu hari
wisuda datang menjemputku.
Hari itu aku mengenang semua perjalananku dari awal
hingga akhirnya aku bisa bersama sang senior yang telah menjadi kekasihku ini.
Tapi tiba-tiba kepalaku pusing sekali dan aku kembali mimisan. Akhir-akhir ini
aku sering mimisan lagi, aku menyimpan semuanya baik-baik, aku tak mau keluarga
dan kekasihku tahu kalau aku sering mimisan lagi seperti dulu, aku pun tidak
menganggap serius akan hal ini.
Tepat di hari wisuda, sang senior yang telah menjadi
kekasihku selama 3 tahun ini, ia meminangku di depan keluarga dan teman-temanku
bahkan di depan Narina. Ya Tuhan kejutan apa yang engkau persiapkan untukku,
aku bahagia sekali Tuhan hanya ucapan syukur yang tiada henti yang dapat aku
persembahkan untukmu ya Allah. aku pun
menerima pinangannya, dan ternyata ia telah menyiapkan segalanya, sehingga hari
itupun setelah prosesi wisuda selesai, acara pertunanganku dengannya berlangsung
di sebuah gedung kawasan Braga. aku gak pernah menyangka akan sebahagia ini di hari
wisuda ku, walau aku bukanlah seorang mahasiswa yang berprestasi seperti Nana,
tapi kebahagiaan lain datang menghamiriku yaitu kebahagiaan dunia akhiratku.
Tapi ya Tuhan rencana apa lagi yang kau buat untukku kenapa di hari bahagiaku
ini aku justru harus menebusnya dengan kembali merasakan sakit dikepalaku dan
aku mimisan lagi, kali ini aku tak dapat menyembunyikan ini lagi semua orang menyaksikan
tentang kesakitanku, semua panik, dan kepanikan mereka berdampak buruk terhadap
ku, karena aku kehilangan kesadaran dan pingsan. Saat aku tersadar aku telah
berada di sebuah ruangan ICU dengan selang oksigen dan infus menempel
ditubuhku. Dan disampingku ada tunanganku yang amat sangat kucintai sedang
tertidur pulas, dan ia pun terbangun.
“kamu
sudah sadar sayang”
“kepalaku
pusing kak, badanku terasa sakit, bahkan rasanya mataku seperti agak redup”
“jangan
menangis cinta semua akan baik-baik saja”
ia menggenggam tanganku erat sekali, dan rasanya seperti
ia mentransfer kekuatan positif untukku dan aku berasa sehat.
“aku
gak takut sakit kok kak, yang aku takutkan adalah apakah kita masih bisa
melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat seperti yang telah direncanakan
sebelumnya?”
“insyaAllah
sayang, pernikahan akan tetap berlangsung, sekarang pikirkanlah saja dulu
kondisimu untuk bisa cepat pulih ya, love u”
“love u
to kak” dalam hati
aku menangisi semuanya, mengapa harus terjadi disaat kebahagiaan ini nyaris
sempurna, aku tahu sebagai seorang dokter specialis penyakit dalam ia pasti
sudah memprediksi penyakit yang bersarang ditubuhku ini, sedih sekali rasanya
ya Tuhan.
∞∞∞
Tiga hari menjalani perawatan di rumah sakit itu serasa
tiga tahun lamanya. Dan aku tidak sabar untuk segera mempersiapkan segala
sesuatu untuk acara pernikahanku dengannya yang akan berlangsung dua bulan
mendatang. aku dan dia mulai sibuk merancang konsep resepsi pernikahan kami
nanti, keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada kami tentang tempat dan segala
macam pernak-pernik pernikahan mulai dari surat undangan, dekorasi, gedung,
gaun, dan sebagainya, orangtua mendukung semua usulan kami, mereka hanya
mengurusi tentang akad walimahan dan urusan dapur saja.
Hari itu 16 Mei 2018 aniversary hubungan kami yang ke 3 tahun,
dan kita sepakat untuk merayakan aniversary ini dengan melakukan pemotretan
praweding. kita melakukan pemotretan di kota Garut, karena aku senang sekali
suasana pantai dan kebetulan di Garut terdapat pantai Santolo yang indah,
pemotretan juga diambil di kawah putih untuk mengenang masa awal perkenalan
kami dulu. Dan dengan bangga foto-foto hasil pemotretan itu akan kami pajang
disaat resepsi pernikahan kami, dan inilah hasil pemotretannya J
hehehe
Foto pertama ini diambil di Pantai Santolo Garut.
Foto-foto kedua ini diambil di pegunungan Kawah putih,
Bandung.
Foto
terakhir ini adalah foto favoritku di sebuah studio foto J
Usai melakukan pemotretan foto prawed. aku dan ia pergi
ke percetakan undangan, kami tak banyak mengundang teman, hanya orang-orang
tertentu yang kami undang, tapi tak tahu jika orangtua kami mengundang tamu
lebih banyak dari kami. untuk surat undangan akulah yang mendesign tapi tentunya dengan
persetujuan dia sang senior calon imamku.
∞∞∞
Hari itu Kamis 17 Mei 2018 cerah sekali, namun yang pasti
hatiku lebih cerah dari langit yang cantik itu betapa tak cerah satu bulan lagi
aku akan resmi menjadi nyonya Dera Firdauz, bahagia sekali. Namun lagi-lagi
kepala ku pusing, seribu tanya menyeruak dibenakku, ketakutanku muncul saat aku
kembali mimisan. Ya Tuhan aku takut, takut
sekali akan hal terburuk yang akan aku hadapi nanti. Ibuku sangat panik dan
menyarankan aku untuk ke dokter. aku pun
menuruti perintahnya, hari itu juga aku langsung pergi ke dokter cantik sang
malaikat hidupku, dr Helma D.U. harapanku semoga tak terjadi sesuatu yang buruk
terhadapku, namun setelah pemeriksaan itu, sang dokter menyuruhku untuk kembali
ke dokter utama ku dulu, ya seorang dokter spesialis penyakit dalam, hati semakin
tak karuan, takut cemas gelisah dan sedih. aku takut mendapati kenyataan yang
mengecewakan tentang diriku, hari sudah beranjak sore namun aku inginkan hari
ini juga selesai tentang pengobatan ini, aku ingin memastikan bahwa aku sehat,
ya akan ku tunjukan surat sehatku nanti kedepan keluarga dan calon suamiku.
Hari itu juga dokter memintaku untuk melakukan cek laboraturium, aku semakin gelisah namun aku yakin aku sehat
aku adalah seorang dokter dan sudah aku pastikan bahwa aku harus sehat, aku pun
berani menjalani semua ini. Ketika semua beres, dokter memanggilku kembali
masuk ke ruangannya, degdegan itulah yang kurasakan saat ini, menanti hasil
terbaik yang aku harapkan, namun kenyataan berkata lain, ya aku divonis
mengalami “phenomonia” itulah ucapan sang dokter yang bagai petir dihari yang
cerah. Seketika badanku lemas mendengar semua itu, sakit sekali hati ini
menerima kenyataan, Tuhan apa lagi yang kau rencanaka untukku, kenapa harus ada
bahagia bila akhirnya aku mendapatkan vonis kematianku, sakit sekali. Dokter
menganjurkan aku untuk segera berobat intensif, aku bingung dari mana uang
untuk biaya berobatku nanti, pekerjan saja aku tak punya, hanya mengandalkan gelar dokter
Sp. PD. pun tak cukup untuk bersaing mendapatkan pekerjaan, apalagi sebentar
lagi aku akan menikah, bagaimana kalau kekasih hati ku itu tak menerima seseorang
berpenyakitan seperti aku, maka pernikahan pun akan gagal dan akan mengecewakan
keluarga besarku, aku bingung ya Tuhan bantu aku.
Senyum manisku kini memudar tak tahu harus berbuat apa
atas kenyataan baru dalam hidupku. Babak baru sebagai penyandang kanker dalam
hidupku. Dokter biadab berani-beraninya dia memvonisku dengan penyakit ini saat
kebahagiaan sebagai calon pengantin tengah menyelimutiku, bagaimana aku
menjelaskan kepada mereka???? Seharian ini aku hanya termenung sendiri, bingung
harus bagaimana dan berbuat apa, entahlah.
Semakin hari
keluargaku semakin sibuk karena sudah mendekati hari-H pernikahan. Ya sisa
waktu lajangku tinggal dua minggu lagi, dua minggu terakhir sebelum melepas
perdikat kelajanganku itu aku masih dibuat bingung oleh permainan takdir,
masalahnya aku sudah tidak merasakan sakit di kepala dan organ lain tubuhku,
aku justru merasa sehat dan terlihat bugar itulah komentar saudara-saudaraku
yang semakin banyak berdatangan.
Sudah satu minggu aku tak bertemu dengannya, orang tuaku
bilang kami sedang dipingit dan tak boleh bepergiaan. aku kangen sekali dengan
dia, dua hari ini dia tak memberiku kabar, apakah ia sedang sibuk? Sesibuk
apakah ia sampai melupakan aku sang calon isterinya. Sedih, itulah yang aku
rasakan.
H-7 menjelang hari yang paling bersejarah dihidupku, gaun
pengantin pun telah terpajang dikamarku untuk ku pakai dipesta pernikahan
nanti, aku dan ia sepakat untuk menggunakan kebaya saat walimahan dan gaun saat
pesta resepsi, gaunnya pun hasil design kami sendiri, kami sengaja tidak
menyewa gaun pernikahan, kami ingin gaun pernikahan kami menjadi satu kenangan
indah yang akan kami kenang disaat masa tua kami, dan kami ingin mewariskannya
untuk anak cucu kami karena itu murni hasil rancangan kami, dan inilah gaun
pernikahan kami J
Ini adalah gaun yang akan aku kenakan saat resepsi siang
hari setelah akad walimahan.
Dan ketiga gaun ini akan aku gunakan pada saat pesta
resepsi malam hari.
Bahagia sekali melihat gaun-gaun itu menghiasi kamar
pengantin yang telah di dekorasi dengan begitu indah dan sangat natural sesuai
keinginanku. Inilah potret kamar pengantinku
Ini adalah potret dekorasi pelaminanku nanti dengannya.
Hanya tinggal menunggu undangan yang belum selesai tercetak, padahal waktu sudah
hampir mau mepet sekali beruntung aku sempat mengundang teman-temanku lewat
group facebook dan BBM.
∞∞∞
Empat hari menjelang pernikahan surat undangan pun telah
selesai dan tinggal disebar luaskan, seperti inilah contoh surat undangan
pernikahanku dengannya. Tampak bagian depan:
Tampak bagian belakang:
Nampaknya lengkap sudah semua pernak pernik pesta,
sejenak aku terlupakan akan penyakitku.
Dua hari menjelang pernikahan acara siraman pun akan segera berlangsung dan
bahagia sekali saat dia memberi tahu ku bahwa semua barang seserahan telah siap
berikut mobil pengantin yang ia hias sendiri, seperti inilah hasilnya :
Tak ada satupun yang kurang dari kebahagiaan ini
terimakasih ya Tuhan telah engkau limpahkan semuanya ini dengan sempurna,
sehingga membuatku terlena. Rasa lelah yang aku rasakan sudah tak berarti lagi yang ada
hanya aku ingin pernikahanku yang nyaris sempurna ini segera berlangsung itulah
harapanku saat prosesi siraman berlangsung. Saat itu aku mengenakan dress yang
ia berikan saat ia memintaku untuk mendampinginya wisuda.
Celakanya aku yang mengabaikan rasa lelah dan sakitku ini
berakibat sangat patal bagiku, di malam terakhir ku menjelang pernikahan esok
pagi, tubuhku lemas seketika, aku kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur
kedekat meja riasku, sakit, sakit sekali rasanya seluruh badanku bahkan untuk
menggerakan kakiku agar bisa berdiri pun nyaris tak bisa kulakukan, hanya setengah
kesadaran yang tersisa aku tak mampu bertahan dan aku tak mampu berteriak untuk
meminta bantuan, aku sempurna pingsan tanpa ada satu orang pun yang mengetahui.
Kepanikan menyelimuti seisi rumah, mereka kaget melihatku
tak sadarkan diri dikamar pengntinku. Detik itu juga kakakku mentelpon sang
mempelai pria untuk memberi tahu kondisiku. Semua berduka di hari pernikahanku.
Hari dimana seharusnya semua orang bersorak-sorai bahagia karena menyambut
pesta pernikahan yang smepurna ini. Namun kini apa yang terjadi semuanya
hening, sepi, tak ada satupun orang yang berlalu lalang untuk memeriahkan pestaku
ini, pelaminan yang kosong tanpa kedua mempelai, mesjid yang sunyi tanpa ada
ikrar sehidup semati antara sepasang pria dan wanita, gedung yang megah dengan
dekorasi yang cantik itu nyaris tak tersentuh oleh sang mempelai, tak ada upacara
adat untuk menyambutan kedatangan sang mempelai pria, kue pernikahan ini
yang aku design dengan miniatur menara
eiffeel yang melambangkan keromantisan hanyalah hiasan yang menyedihkan, dan
gaun-gaun indah yang menjuntai itu hanya mimpi belaka, kamar pengantin itu tak
ada gunanya,
cincin pernikahan itu hanyalah kenangan manis
belaka. Yang ada hanya kekecewaan, sedih, pilu, pernikahan nyaris gagal dan
porakporanda, kami semua sepakat pernikahan ditunda sampai batas waktu yang
tidak ditentukan, karena itulah yang dokter ucapkan ketika mengomentari
kondisiku yang sudah parah, ya di dalam komaku aku masih bisa mendengar semua
yang mereka ucapkan tanpa harus melihatnya, aku merasakan apa yang mereka
rasakan walau aku tak menyentuhnya, dokter bilang organ paru ku sudah tak berfungsi
dan saat aku terjatuh kemarin terjadi pembekuan darah yang mengakibatkan
saraf-saraf diotakku harus diperbaiki secara medis, itulah yang menyebabkanku
tak dapat membuka mata dan bergerak sedikit pun hanya hati dan pendengaranku
yang berjalan normal. Dokter tak dapat memastikan kapan aku akan siuman, bahkan
dokter pun tak yakin aku dapat bertahan jika salah satu alat bantu kedokteran
itu terlepas dari bagian tubuhku. Menyedihkan sekali nasibku ini. Hari
pernikahan yang ku tunggu-tunggu kehadirannya berlalu begitu saja tanpa adanya
prosesi ikrar sehidup semati dengan pasanganku ini, Tuhan segeralah sadarkan
aku, aku ingin menikah dengan pangeran hatiku. aku ingin merasakan bahagianya
mempunyai pasangan sehidup sematiku Tuhan. Namun lagi-lagi tuhan mengujiku
dengan kepahitan ini.
Begitu lamanya aku tertidur dalam komaku, sehingga setelah
aku terbangun dari tidur panjangku ternyata waktu telah berlalu begitu cepat
karena ternyata aku tidur dalam komaku 1,5 tahun lamanya. Hingga tak mungkin
aku mempertanyakan nasib pernikahanku dengan sang senior. Sadarnya aku dari komaku
merupakan keajaiban yang tidak bisa dideteksi oleh pihak medis. aku kembali
sehat dan fungsi paru ku berjalan normal kembali, hanya kehidupanku yang tak
dapat aku kembalikan seperti semula. aku bingung harus berbuat apa, karena
menurut keluargaku sang senior yang nyaris jadi suamiku itu telah membatalkan
pernikahan tiga bulan yang lalu, karena keluarganya yang tak bisa menunggu
ketidakpastian sehingga ia telah melangsungkan acara pertunangan dengan
sahabatku Narina tiga bulan yang lalu. Maka aku putuskan untuk mendatangi Nana
dan memberikan surat undangan yang belum sempat aku berikan kepadanya, semoga
dia mengerti akan arti kesakitanku karena ia telah mengambil kebahagiaanku.
Namun setibanya aku di rumah Nana, tak kudapati Nana yang dulu sangat solid
kepadaku, karena disana aku dibentak dan dipaksa melupakan sang senior karena
mereka telah menganggapku tak ada, dan mereka akan segera melangsungkan
pernikahan tiga bulan mendatang, sungguh aku kecewa melihat perlakuannya kepadaku,
kemanakah Nana yang dulu? Entahlah mungkin memang harus aku terima semua
kesembuhan ini dengan tebusan yang amat mahal yaitu dengan merelakan sang
senior untuk sahabatku.
Diperjalanan pulang aku berpapasan dengan sang senior mantan
calon suamiku itu, jujur aku tak sanggup menahan tetesan air mata ini, hingga
akhirnya aku cepat berlari untuk menghindari dia, namun aku tak berhasil karena dia mendapati tanganku
dan langsung memelukku. Tangisku pecah seketika.
“ya tuhan
apa ini benar-benar kamu Vhay? Apa ini bukan mimpi?”
ia kemudian menatapku dengan penuh kerinduan dan haru.
“kenapa
harus seperti ini kak?” aku menggantungkan pertanyaanku karena aku
yakin pasti dia sudah mengetahui maksudku.
“maafkan
aku Vhayen, semua ini terjadi tanpa ku duga, jika saja aku tahu kamu akan
kembali sehat seperti dulu takan pernah aku menggagalkan pernikahan kita dan
melangsungkan pertunangan dengan Nana” tersirat
luka dalam ucapannya yang menyakitiku.
“kamu
kini bukan miliku lagi kak, berbahagialah dengan Nana sahabatku, jangan sakiti
ia seperti kamu menyakitiku sekarang ini” aku melepaskan
pelukannya dan berpaling hendak menjauh, tapi lagi-lagi ia mendekapku dengan
erat.
“aku
bingung Vhay aku masih mencintaimu, tapi aku tak bisa memutuskan pertunganku
dengan Nana karena,,, karena..”
“karena apa kak, mengapa tak bisa? Jawab aku kak”
“karena
sesuatu yang tak bisa aku ucapkan sekarang Vhay”
“lepaskan aku dan biarkan aku pergi”
tangisan ini ku akhiri dengan rasa kecewa yang mendalam. Aku pun pergi tanpa
harus menoleh kebelakang lagi.
Diperjalanan aku hanya membisu. Bingung
dengan semua kenyataan ini. Akhirnya aku pun harus mengalah terhadap kenyataan,
menerima semua yang terjadi meskipun aku tak pernah menginginkannya, aku
berhenti untuk mengharapkanmu, membiarkanmu berlalu seperti angin tanpa rasa
yang pasti aku melepaskanmu pergi, seandainya aku dapat memilih, aku akan
memilih untuk tidak mengenalmu saja, dan tangan Tuhan membuatmu menjadi hal
biasa saja untukku, rasanya semua ini terlalu menyakitkan untukku, membuat aku
terjatuh, terlunglai tak berdaya, tak cukup aku menangis, Dera apakah kau
mengerti perasaanku? Kamu jahat Dera, kamu jahattt .
Setibanya di rumah ku buang semua hal yang dapat
mengingatkan ku kepada Dera si penghianat cinta itu, aku gak mau hariku terus
terbayang oleh sosoknya, aku putuskan untuk memulai hidup baru tanpa mereka,
tanpa ada masa lalu yang menari-nari bahagia diatas tangisanku, aku buang
semuanya dan aku bakar surat undangan untuk Nana yang masih ada ditanganku.
Setelah keyakinanku kuat, aku ingin memulihkan hatiku
dengan mengambil kuliah pascasarjana di London dengan jurusan kedokteran,
semoga luka hatiku dapat terobati seiring dengan berjalannya waktu.
nb: mohon kritik dan saran. ini cerpen perdana penulis, semoga pembaca dapat mengambil hikmah dari kisah ini. terimakasih.